Jumat, 02 Juli 2010

Idealisme Vs Ketakutan


sudah hampir 4 tahun aku berkutat dg ilmu ekonomi di bangku kuliah, selama itu pula sedikit banyak aku mempelajari tentang teori-teori ekonomi dan sedikit banyak pula aku coba merasionalisasikan teori-teori tersebut dg realita ataupun fenomena yang ada.

banyak dr teori yg muluk-muluk itu pada akhirnya hanya menjadi batu yg terus menghantam keras akal sehatku, karena banyak dr teori (idealisasi kondisi ekonomi) tersebut hanya menjadi hiasan buku-buku teks yg kami pelajari, pada kenyataannya teori seringkali berbenturan dg kenyataan.

ambil contoh yg paling dasar, pertumbuhan ekonomi suatu negara seharusnya akan diikuti dg peningkatan lapangan kerja (penurunan pengangguran) dan kesejahteraan pd akhirnya (cateris paribus), tapi apa yg terjadi?
dari data2 yg terpublikasi atau dari pandangan kasat mata kita saja, semua teori (idealisasi) itu kembali menjadi mimpi di tengah siang bolong, nyatanya ttp saja kemiskinan makin merajalela, disparitas / kesenjangan makin jauh tak terkejar, yg KAYA makin KAYA, yg MISKIN makin MISKIN
ya, itulah sedikit contoh kecil dr pikiranku yg bodoh ini yg masih belum bisa memahami (mempercayai) kenyataan

sehubungan dg hal diatas, pagi tadi kebetulan aku membaca sebuah majalah tentang perbankan saat berkunjung ke perpustakaan Bank Indonesia, Semarang

tema umum majalah yg baru saja aku baca itu adalah tentang Bankir (orang2 yg bekerja di dunia perbankan), satu persatu halaman majalah aku baca dg khusyu, aku resapi setiap cerita yg dimuat dlm majalah tersebut,.
singkat cerita, majalah tersebut menggambarkan tentang Prestisiusnya Dunia Perbankan, Vitalnya Sektor Perbankan, Pentingnya SDM di Industri Perbankan, dsb

dr satu tokoh bankir ke tokoh bankir lain, aku baca satu persatu perjalanan hidup dan karir mereka di dunia perbankan. mulai dr Robby Johan (pakar SDM perbankan, mantan Dirut Bank Niaga) hingga salah satu anak didiknya yaitu Agus Martowardojo (mantan Dirut Bank Mandiri) yg kini menjadi Menteri Keuangan RI.

aku pun menyimpulkan bahwa semua yg baru saja ku baca itu adalah salah satu contoh
Kemapanan Para Bankir, .
kenapa aku sebut kemapanan? karena profesi bankir adalah salah satu profesi yg cukup prestisius, membanggakan, dan tentunya sangat berpeluang untuk menjadi manusia2 yg kaya (secara materil)
dr posisi Direktur, Komisaris atau bahkan kepala cabang saja qt sudah bisa mengkalkulasikan berapa banyak gaji yg bisa mereka peroleh dr profesi sbg bankir itu? tentunya jumlah yg tidak sedikit...
aku tidak mempermasalahkan gaji2 yg besar itu, aku pun tidak bermaksud mengharamkan profesi bankir. walaupun secara tidak langsung bankir memang berkontribusi mendorong perekonomian, dg kucuran kredit produktif, tentu bankir berjasa dlm membangun perekonomian...
tapi entah kenapa kadang2 aku sinis melihat profesi para bankir, ditambah kenyataan bhw perbankan sekarang makin 'pelit' terhadap sektor riil (ataupun UMKM, pertanian, dll), dan gemar mencari profit dg menimbun asset di berbagai surat berharga dan kawan2 sejenisnya...

lalu apa masalahnya?
ya disinilah pikiranku kembali terusik, secara spontan pikiranku kembali terbang menuju ingatan akan rakyat yg masih banyak hidup di jalanan, ttg dunia anak jalanan, tentang mereka yg berjuang hidup demi sesuap nasi tanpa berharap banyak untuk perbaikan hidup di masa depan...

disini aku hanya mencoba membenturkan anganku akan gemerlapnya dunia para bankir dg kesengsaraan dunia rakyat jalanan (rakyat miskin yg jumlahnya masih banyak)
aku sadar bahwa aku masih punya kesempatan untuk menentukan arah masa depanku,
aku sadar bahwa aku masih punya idealisme yg harus aku perjuangkan...
tapi semua kesadaranku itu kadangkala menjadi sebuah hal yg menakutkan bila aku berpikir nantinya aku tak mampu merealisasikannya, lalu apa gunanya aku hidup di dunia ini...

aku tidak bermaksud menjadi pahlawan, tapi aku pun benci menunggu datangnya pahlawan.
aku hanya bisa berjanji pd diriku sendiri, bahwa suatu saat nanti, aku harus terus mengabdi dan melanjutkan cita-cita perjuangan para pahlawan yg dulu telah mengorbankan diri demi rakyatnya sendiri, rakyat Indonesia yg qt cintai ini, dr Sabang sampai Merauke....

@ Granada, Semarang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar