Senin, 25 Oktober 2010

Arti Hidup Baginda Nabi saw



Pada suatu waktu Rasulullah sedang berbaring di rumahnya berlepas lelah. Beliau berbaring di atas tikar yang terbuat dari daun-daun tamar yang dianyam. Tiba-tiba seorang sahabatnya yang bernama Ibu Mas'ud datang berkunjung. Oleh karena Rasulullah waktu itu tidak mengenakain baju, maka terlihat jelas oleh Ibnu Mas'ud bekas anyaman tikar melekat pada punggung beliau.

Melihat peristiwa ini Ibnu Mas'ud amat sedih dan tanpa terasa bendungan air matanya pun pecah berserakan. Sungguh-sungguh tidak pantaslah rasanya seorang Rasul kekasih Allah, seorang kepala negara dan seorang panglima tertinggi sesederhana itu.

Dengan terharu Ibnu Mas'ud berkata : "Ya Rasulullah, bolehkah saya membawakan kasur kemari untuk Anda?

mendengar ini Rasulullah saw berkata : "Apalah artinya kesenangan hidup di dunia ini bagiku. Perumpamaan hidup di dunia ini bagiku tidak ubahnya seperti seorang musafir dalam perjalanan jauh yang singgah berteduh dibawah pohon kayu yang rindang untuk melepas lelah. Kemudian dia harus berangkat meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanan yang sangat jauh tidak berujung"



"Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun" (Rasulullah saw)


22.00_Granada, Semarang

Kamis, 30 September 2010

Mempertanyakan Eksistensi 'Cinta'?!


Cinta,

sebuah kata yang berdimensi sangat luas, tidak dibatasi ruang ataupun waktu

Cinta,

juga bukanlah sekedar kata yang dapat mengatasnamakan'nya'

Cinta,

ada yang mengatakan bahwa ia hanyalah sebuah kata sifat,

ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah sebuah kata kerja...

sedangkan pengertian Cinta menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kasih sayang yang mendalam...

lalu apa pentingnya membicarakan Cinta?!

entah mengapa malam ini pikiranku terseret pada persoalan cinta,

aku merasa tak berdaya dalam mengarungi samudera perenungan ini...

namun, ku akan coba sedikit meluapkannya dalam sebuah pertanyaan pribadi atas eksistensi cinta...

hampir setiap manusia seringkali membicarakan cinta atau minimal merenungkan dalam pikirannya sendiri,

mungkin tak ada satupun manusia yang mengetahui secara pasti apakah hakikat cinta itu...

ketika kita lahir ke dunia ini maka seketika itu pula sejatinya kita memiliki 'rasa' yg letaknya ada di hati.

rasa atau perasaan adalah fitrah yg dimiliki oleh setiap manusia,

menurutku rasa atau perasaan adalah bagian yang lebih vital daripada indra fisik yang tersusun rapi di tubuh ini

perasaan kemudian diterjemahkan dalam pengertian yang lebih luas lagi, baik yang positif maupun yang negatif...

misalnya; hati nurani, cinta(kasih-sayang), kebencian(dendam), dsb (baca: unsur)

kemudian dengan berbagai unsur yang ada dalam perasaan tersebut, akhirnya manusia melakukan aktivitas kehidupannya,

ditambah satu elemen vital lainnya yg ada pada diri manusia yaitu akal (pikiran)...

perasaan (hati) dan pikiran (akal) pada diri manusia selanjutnya menjadi sepasang 'makhluk' yang menggerakkan manusia dalam bertindak/berperilaku di lingkungan sosialnya (dunia)...

secara 'umum', hati dan akal memang bersifat saling melengkapi atau berjalan beriringan dalam diri manusia,

namun ternyata ada juga diskursus (pertentangan) antara hati dengan akal, misalnya pertentangan antara logika (akal) dengan keyakinan (hati), dalam konteks filsafat eksistensi Tuhan (agama)

terlepas dari diskursus tersebut, kembali lagi pada pertanyaan akan eksistensi cinta,

lantas apakah cinta itu sebenarnya? apakah cinta itu adalah 'makhluk' yang memang diciptakan oleh Tuhan?

ataukah cinta itu hanyalah sebuah jejak penghayatan&pengalaman yang terefleksikan dalam perasaan manusia itu sendiri...

satu hal yang bisa disepakati oleh siapapun, cinta adalah sebuah bentuk positifme, yang tak mungkin bersifat negatif (buruk)...

bila semua manusia meyakini bahwa cinta itu adalah sesuatu yang positif (baik), lantas mengapa masih saja banyak manusia yang mengingkari ataupun melawan fitrahnya tersebut...

manusia yang mengingkari fitrah cinta misalnya saja,

Nicolo Machiavelli (1469-1527_Italia), ia merupakan seorang pemikir (filsuf) yang sangat terkenal dan filosofi pandangannya dijadikan rujukan oleh berbagai pemimpin diktator di dunia, salah satu pandangannya yang terkenal yaitu bahwa 'seorang penguasa harus memilih antara dicintai atau ditakuti oleh rakyatnya, dan lebih baik memilih yang terakhir. Seorang penguasa harus bisa mengorbankan cinta'

kita lihat bagaimana 'tegasnya' seorang Machiavelli dalam memperlakukan cinta, ia lebih memilih kekejaman sebagai alat untuk menertibkan sebuah lingkungan masyarakat (negara) daripada menggunakan cinta (kasih-sayang) yang efektivitasnya ia sanksikan...

Sejarah pun mencatat masih banyak lagi contoh takluknya cinta pada sebuah kekejaman(kebencian), seperti Fir'aun, Mao Zedong, Stalin, Hitler, Lenin, Bush, dll

kini, di usia dunia saat ini, masihkah eksistensi cinta mampu mendorong manusia pada terwujudnya tatanan dunia yang damai dan harmonis?

entahlah, yang pasti sampai saat ini masih terlalu banyak manusia-manusia yang tega mengubur hidup-hidup cinta yang ada di dalam dirinya... kejahatan, peperangan, konflik, korupsi, dan segala macam bentuk kejahatan/kedzaliman yang dilakukan oleh manusia terhadap manusia lainnya dan terhadap lingkungan(bumi) seakan tak akan pernah berhenti mungkin hingga Kiamat itu benar-benar terjadi!

kemudian, masih adakah manusia-manusia yang mau menghidupkan dan memperjuangkan cinta dalam kehidupan di dunia ini?

bila perlu, harus ada laskar cinta yang berjuang untuk menikam atau menancapkan cinta pada setiap nurani manusia yang masih hidup di dunia ini, hingga akhirnya Eksistensi Cinta tersebut mampu menjadi pembuktian atas Eksistensi Tuhan yg sampai saat ini masih qt yakini, Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...

namun, bila eksistensi cinta dari setiap manusia telah terancam punah maka cukuplah pengharapan akan cinta dariNya saja...

sebagaimana janjiNya :

'.....dan hendaklah kamu berlaku adil, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil'

(QS Al Hujuraat : 9)

kepahitan adalah ketika aku melihat dengan mata kepalaku sendiri adanya manusia yang makan dari bongkahan sampah, manusia yang tertidur pulas di pinggiran trotoar jalan berselimutkan angin malam, anak-anak kecil yang mengepalkan tangannya untuk meninju ketidak-adilan dunia (meminta-minta&memulung sampah), manusia-manusia kelaparan yang mati tergeletak ditengah-tengah lumbung padi,,,dan aku berharap bahwa dunia seperti ini hanyalah 'mimpi' saja dan aku ingin segera bangun dari mimpi buruk ini...

*hanyalah serpihan pikiran yg tidak tesusun rapi

@Granada, Semarang

30 September 2010, 00.30 WIB

Selasa, 17 Agustus 2010

Kemerdekaan de jure vs de facto



Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki sekitar 17.504pulau. Sebuah perjuangan yang sangat besar ketika para pahlawan kita terdahulu mampu menyatukan dan mendeklarasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun setelah hampir 65 tahun kita merdeka,ternyata kita pun masih sering bertanya-tanya apakah negara kita ini benar-benar sudah 'merdeka'?

Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia saat ini masih lah bersifat de jure, bukan de facto. Secara de jure memang benar Indonesia telah mendapatkan pengakuan dunia sebagai negara yang berdaulat dan merdeka. Tidak hanya itu, keberadaan Undang-Undang Dasar 1945 juga merupakan bukti eksistensi adanya Negara Indonesia.

Namun, secara de facto sepertinya kita belumlah pantas disebut sebagai negara yang merdeka. Alasannya, berbagai macam bentuk 'penjajahan' ternyata kini dilakukan sendiri oleh anak negeri bangsa ini. Sebut saja permasalahan korupsi,tindak kekerasan, terorisme, kebebasan berpendapat, kemiskinan dan berbagai permasalahan lain yang terakumulasi dalam sebuah krisis multidimensi.

Banyaknya permasalahan yang masih membebani bangsa ini merupakan momok yang menghambat proses pembangunan.

Ijinkan penulis menceritakan beberapa pengalaman yang penulis lihat dengan mata kepala sendiri. Minggu yang lalu penulis berkesempatan mengunjungi Kota Pontianak serta beberapa kabupaten lainnya di wilayah Kalimantan Barat. Selama berada di sana, penulis mencoba berdiskusi dg teman2 mahasiswa dr daerah setempat serta dengan masyarakat sekitar. Kami berdiskusi ttg berbagai permasalahan yg ada di daerah tersebut, awalnya penulis tidak begitu yakin dg yg mereka ceritakan tetapi setelah penulis melihat secara langsung kondisi nyata yang ada di sana, penulis akhirnya merasa terguncang dg kenyataan-kenyataan yg ada tersebut.

Misalnya saja permasalahan infrastruktur jalan yang tidak memadai. Untuk dapat mencapai Kalimantan Tengah ataupun Kalimantan lainnya, ternyata masyarakat di Kalimantan Barat haruslah menggunakan alat transportasi udara atau pesawat komersil dan itu pun harus transit terlebih dahulu ke Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, baru kemudian dilanjutkan ke tempat yang ingin dituju. Sungguh ironis jika melihat kenyataan masih 'terisolirnya' Kalimantan Barat dari wilayah Kalimantan lainnya yang notabene masih dalam satu pulau yang sama, yaitu Pulau Borneo yg terkenal di seluruh dunia.

Kemudian ada juga permasalahan lain yang ada di Kalimantan Barat khususnya seperti permasalahan perbatasan, illegal logging (pembalakan hutan), trafficking (perdagangan/penyelundupan manusia), serta permasalahan kesejahteraan masyarakat.

Belum habis dalam ingatan akan permasalahan di Kalimantan Barat tersebut, kini dalam waktu beberapa hari berada di Kota dan Kabupaten Pekalongan ini, penulis menemui kejanggalan lain yg ada di negeri ini. Dalam kesempatan penelitian di lima desa yang ada di wilayah ini, penulis melihat secara langsung bagaimana nasib miris yg dialami oleh rakyat Indonesia yg menurut penulis msh 'terjajah' dlm bentuk kemiskinan dan terpinggirkan dr peradaban!

misalnya, di desa pecakaran, api-api dan semut yg berlokasi di pesisir kabupaten pekalongan, para nelayan kecil yg tinggal disana sudah hampir 6 bulan ini tidak melaut, dikarenakan kondisi ombak besar serta modal yg tak memadai. Mereka bercerita bahwa biasanya mereka melaut selama 1-3 bulan ikut dg kapal-kapal besar milik para bos/juragan, dan mereka hanya diupah sebesar 400ribu selama 3 bulan tersebut, benar2 kenyataan yg sangat pahit ketika mendengar suara hati dr buruh2 nelayan tersebut, padahal mereka harus menghidupi keluarganya (istri&anak2nya), penulis pun hanya bisa menahan kegelisahan dan kemarahan yg membara di dalam hati ini!

kemudian, ada lagi kondisi nyata yg penulis temui di desa timbangsari, selatan kabupaten pekalongan. di wilayah hutan-hutan dan gunung tersebut, terdapat sebuah desa kecil yg sebagian besar masyarakatnya adalah petani. tahun ini adalah tahun pertama bagi mereka untuk merasakan keberadaan listrik, karena pada tahun2 sebelumnya, desa tersebut hanya mengandalkan api obor untuk penerangan ataupun kicir air kecil untuk menghasilkan beberapa sumber energi listik buat kehidupan mereka...penulis benar2 tidak pernah membayangkan sebelumnya, di negara yg sudah hampir 65 tahun merdeka ini, ternyata masih ada rakyat kita yg belum merasakan manfaat dr listrik, berbeda sekali dg nasib kita yg berada di kota-kota besar khususnya, yg seringkali membuang-buang listrik dg borosnya...demikian beberapa permasalahan kecil yg penulis temui di beberapa kesempatan & penulis menyadari ketidakberdayaan penulis untuk 'berbuat' sesuatu...

selain itu, penulis juga menyadari bahwa pembangunan di Indonesia memang belumlah merata baik dari aspek sektor perekonomian maupun dari aspek kewilayahan. Pembangunan di Indonesia masih memperlihatkan ketimpangan yang tajam baik antar berbagai sektor, maupun ketimpangan antara wilayah Jawa dengan wilayah luar Jawa (contoh Kalimantan Barat tadi)

perjalanan singkat penulis ke beberapa daerah di Kalimantan Barat tersebut semakin meyakinkan penulis bahwa pembangunan di Indonesia memang masih cenderung Jawa sentris atau dapat dikerucutkan lagi menjadi Jakarta sentris. Pembangunan di Jakarta ataupun Jawa berkembang dengan sangat pesatnya sedangkan pembangunan di luar Jawa masih bergerak dengan lambat (misalnya saja Kalimantan, Sulawesi ataupun Papua). Hal ini disebabkan karena sangat terpusatnya aktifitas ekonomi dan politik di Jakarta sehingga pembangunan belum bisa merata ke seluruh wilayah Indonesia. Ketimpangan pembangunan tersebut juga merupakan salah satu bentuk belum Merdekanya Indonesia secara de facto.

Saat ini Indonesia memang telah memasuki eranya desentralisasi, namun kebijakan pemerintah pusat tetaplah masih memiliki peran yang cukup besar dalam menciptakan pembangunan yang merata di Indonesia. Adanya wacana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke luar Jawa seperti Palangkaraya Kalimantan Tengah mungkin bisa jadi merupakan sebuah solusi yang 'tepat' jikalau pemerintah pusat khusunya masih saja mengesampingkan pembangunan di luar Jawa.

Selain itu, juga ada syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seluruh elemen bangsa baik pemerintah maupun masyarakat yaitu kesadaran untuk selalu berlaku jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan. Seluruh elemen bangsa ini harus bersatu-padu untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan, pemerintah, politisi, birokrat, aparat penegak hukum, pers, akademisi, pengusaha bahkan MAHASISWA sekalipun, semuanya WAJIB mengorbankan seluruh tumpah darahnya demi KEMERDEKAAN yg HAKIKI. Akhirnya, dengan adanya kesadaran serta perbaikan perilaku semua elemen bangsa tersebut harapannya kita pun benar-benar bisa mencapai kemerdekaan yang kedua, yaitu KEMERDEKAAN secara de facto , semoga!!!



"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat"

@ Pekalongan Jawa Tengah, detik-detik menjelang HUT-RI ke-65




Senin, 09 Agustus 2010

Bersabar dan Memberi Maaf


Menjelang bulan Ramadhan 1431 H, ijinkan saya memuat kembali salah satu buah pemikiran alm. Gus Dur yg sampai saat ini masih tetap relevan dalam kehidupan sosial kita, semoga bisa menjadi inspirasi bagi kehidupan kita sehari-hari...
Adapun tulisan alm. Gus Dur ini saya ambil dari buku kumpulan pemikiran beliau yang berjudul 'Islamku, Islam Anda, Islam Kita'



-Bersabar dan Memberi Maaf-

Dalam kitab suci Al-Qur'an dinyatakan: 'Demi masa, manusia selalu merugi, kecuali mereka yang beriman, beramal shaleh, berpegang kepada kebenaran dan berpegang kepada kesabaran (QS Al-Ashr:1-3). Ayat tersebut mengharuskan kita senantiasa menyerukan kebenaran namun tanpa kehilangan kesabaran. dengan kata lain, kebenaran barulah ada artinya, kalau kita juga memiliki kesabaran. Kadangkala kebenaran itu baru dapat ditegakkan secara bertahap, seperti halnya demokrasi. Di sinilah rasa pentingnya arti kesabaran.

Demikian pula sikap pemaaf juga disebutkan sebagai tanda kebaikan seorang muslim. Sebuah ayat menyatakan: "Apa yang mengenai diri kalian sendiri (semakin banyak) musibah yang menimpa, (tidak lain merupakan) hal-hal berupa buah tangan kalian sendiri. Dan (walaupun demikian) Allah memaafkan sebagian (besar) hal-hal itu (QS Al-Syura:30). Firman Allah ini mengharuskan kita juga mudah memberikan maaf kepada siapapun, sehingga sikap saling memaafkan adalah sesuatu yang secara inherent menjadi sifat seorang muslim. Inilah yang diambil mendiang Mahatma Gandhi sebagai muatan dalam sikap hidupnya yang menolak kekerasan (ahimsa), yang terkenal itu. Sikap inilah yang kemudian diambil oleh mendiang Pendeta Marthin Luther King Junior* di Amerika Serikat, dalam tahun-tahun 60-an, ketika ia memperjuangkan hak-hak sipil (civil rights) di kawasan itu, yaitu agar warga kulit hitam berhak memilih dalam pemilu.

Hal ini membuktikan, kesabaran dalam membawakan kebenaran adalah sifat utama yang dipuja oleh sejarah. Sebagaimana dituturkan oleh kisah perwayangan, para ksatria Pandawa yang dengan sabar dibuang ke hutan untuk jangka waktu yang lama, juga merupakan contoh kesabaran. Jadi, kesadaran akan perlunya kesabaran itu, memang sudah sejak lama menjadi sifat manusia. Tanpa kesabaran, konflik yang terjadi akan dipenuhi oleh kekerasan. Sesuatu yang merugikan manusia sendiri. Kekerasan tidak akan dipakai, kecuali dalam keadaan tertentu. Hal ini memang sering dilanggar oleh kaum muslimin sendiri. Sudah waktunya kita kaum muslimin kembali kepada ayat di atas dan mengambil kesabaran serta kesediaan memberi maaf, atas segala kejadian yang menimpa diri kita sebagai hikmah.

-------***-------

Hiruk pikuk kehidupan, selalu penuh dengan godaan kepada kita untuk tidak bersikap sabar dan mudah memberikan maaf. Dalam pandangan penulis, kedua hal tersebut seharusnya selalu digunakan oleh kaum muslimin. Tetapi harus kita akui dengan jujur, justru kesabaran itulah yang paling sulit ditegakkan dan kalau kita tidak dapat bersabar bagaimana kita akan memberi maaf atas kesalahan orang kepada kita? Jelas, bahwa antara keduanya terdapat hubungan timbal balik yang sangat mendalam, walaupun tidak dapat dikatakan terjadi hubungan kausalitas antara kesabaran dan kemampuan memaafkan kesalahan orang lain para diri kita.

Kita sebagai seorang muslim, mau tidak mau harus menyediakan keduanya sebagai pegangan hidup baik secara kolektif maupun secara perorangan. Dari sinilah dapat dimengerti, mengapa Hikmah 1 Muharram 1424 Hijriyah ini sebaiknya tetap ditekankan pada penciptaan kesabaran dan penumbuhan kemampuan untuk memberikan maaf kepada orang yang dalam pandangan kita, berbuat salah kepada diri kita. Bukankan kedua ayat suci yang dikemukakan di atas, sudah cukup kuat dalam mendorong kita membuat kesabaran dan kemampuan memaafkan kesalahan orang lain kepada diri kita, sebagai hikmah yang kita petik di hari raya yang mulia tersebut. Kedengarannya prinsip yang sederhana, tetapi sulit dikembangkan dalam diri kita.

Namun, lain halnya dengan para politisi yang berinisiatif menyelenggarakan sidang istimewa yang terakhir, dengan dasar 'kebenaran' hasil penafsiran politik masing-masing. Tindakan ini berarti melanggar Undang-Undang Dasar 1945, karena tidak memiliki landasan hukum. Dengan 'nafsu' politiknya-yaitu Presiden harus lengser- mereka pun meninggalkan jalan permusyawaratan. Padahal, semua persoalan yang melibatkan orang banyak harus dipecahkan dengan negoisasi, seperti Firman Allah: 'dan persoalan mereka harus lah di musyawarahkan oleh mereka sendiri' (QS Al-Syura:38). Terlihat selain melanggar konstitusi, dalam hal ini merekalah yang tidak dapat memaafkan. Sederhana saja, walaupun rumit dalam kehidupan politik kita sebagai bangsa dan negara.




>>>> >Semoga kita bisa mencontoh keluasan berpikir, kesederhanaan dan kebesaran hati seorang Bapak Bangsa kita ini. Tulisan tersebut merupakan buah pemikirannya setelah sebelumnya beliau 'dilengserkan' oleh para politisi yang terbutakan mata hatinya....

Selamat Menjalankan Ibadah di bulan Ramadhan 1431 H, mohon maaf lahir & batin...


Jumat, 06 Agustus 2010

kesadaran di titik nol khatulistiwa




sudah lima hari aku berada di kota pontianak Kalimantan Barat, dan malam ini adalah malam terakhirku dalam perjalanan singkat di bumi khatulistiwa yang menyimpan berjuta keindahan beserta misterinya

aku pun bersyukur karena telah diberikan kesempatanNya untuk melihat dan mengetahui secara langsung salah satu sudut bumi Indonesia yang selama ini hanya mampu aku bayangkan dalam kerinduan

kini, kerinduan itu pun akhirnya terobati dengan kekaguman yang terbuncah ke dalam jiwa.
aku menyaksikan kecantikan sungai kapuas dengan liukan alirannya, kekokohan hutan dengan batang-batang pohon yang nenjulang, kesederhanaan rumah panggung yang menghiasi sepanjang anak sungai, keriangan anak-anak yang berenang di sungai, serta kepahlawanan para pemuda dan orangtua yang sibuk bekerja di berbagai bidang, nelayan, petani, buruh, pedagang, dsb

namun, di balik segala kekayaan dan keelokan alam yang 'benar-benar ada' disini, ternyata keadaan yang juga sangat memprihatinkan tidak dapat disembunyikan dari pandangan dan keingintahuanku.
di sudut bumi yang terletak di titik nol khatulistiwa ini ternyata juga mengendap berbagai permasalahan yang sungguh menggelisahkan akal sehat serta nurani

beberapa permasalahan akut yang turut menampar kesadaranku misalnya seperti ini:

Kalimantan Barat walaupun secara fisik merupakan satu bagian dari pulau Kalimantan, dan kita pun bisa melihatnya dari peta dengan sangat jelasnya bagaimana manisnya Kalimantan Barat bersebelahan dengan Kalimantan Tengah, namun aku pun tersentak tak percaya setelah mengetahui bahwa ternyata masyarakat di Kalimantan Barat benar-benar 'terputus' dengan masyarakat di Kalimantan Tengah, ya gambar peta kalimantan yang selama ini membuat kagum itu kini tak ubahnya penipu yang telah membohongi bayanganku selama ini.

Kalimantan Barat tidak lebih dari sebuah pulau yang 'terisolir' dan tak berdaya untuk menampakkan kecantikannya, tidak adanya infrastruktur jalur darat yang memadai menyebabkan masyarakat KalBar dan KalTeng harus menggunakan pesawat untuk dapat saling berinteraksi, dan pesawat yang mereka tumpanginya pun harus transit ke JAKARTA terlebih dahulu! ya aneh bin ajaib, hanya ada di Indonesia, di mana sebegitu dekatnya secara fisik antar KalBar dg KalTeng, tetapi sungguh jauh dalam perlakuan yang sebenarnya. di samping itu, kalaupun masih ingin memaksakan menggunakan jalur alternatif lain pun masih memungkinkan, seperti jalur sungai dimana masyarakat harus menyusuri sungai kapuas yang menghubungkang KalBar dg Kalteng tapi itu pun dengan resiko yg sangat besar dimana kondisi sungainya yang cukup berbahaya karena masih terdapat semak-semak lebat dan buaya yang memenuhi sungainya, dan sungai kapuas hanya bisa dilalui di saat volume airnya mencukupi atau tidak dalam keadaan surut, butuh seharian penuh untuk bisa sampai ke KalTeng dari KalBar

permasalahan transportasi antar provinsi itu barulah segelintir masalah yg nyata ada di sini, masalah lain yang sangat menyesakkan dada misalnya permasalahan 'illegal logging' atau yang mudah dipahami sebagai pembalakan liar dimana hutan-hutan dihancurkan dan dialihkan menjadi lahan-lahan perkebunan, industri, ataupun dibiarkan begitu saja dan kayu-kayu pepohonannya di jual ke luar negeri dg cara yg ilegal. kemudian permasalahan 'trafficking' yaitu perdagangan/penyelundupan manusia secara ilegal, biasanya para wanita dan bayi-bayi yang menjadi korban atas kejahatan para bajingan/penghianat bangsa ini, pelaku kejahatan tersebut dengan teganya menjual saudaranya sendiri ke negeri seberang untuk dijadikan pelacur ataupun buruh yang upahnya dibayar murah atau bahkan tidak dibayar sekalipun, begitupun para bayi yang dijual dengan tanpa berdosanya dan para bayi itu sudah tak dianggap lagi sebagai anak manusia dan mungkin sudah disamakan dg binatang yg dengan seenaknya diperjualbelikan oleh orangtuanya yang BERDOSA hanya demi sekeping bayaran.

lalu, permasalahan perbatasan di utara KalBar juga menjadi salah satu masalah krusial yg selama ini sudah terjadi, entah apakah memang pemerintah pusat benar-benar sudah tuli dan buta serta tak memiliki lagi hati sehingga tega membiarkan masyarakat Indonesia yg tinggal di daerah perbatasan dg Malaysia Timur harus hidup dengan ketidakjelasan masa depan. daerah perbatasan Indonesia dg Malaysia Timur ini adalah kabupaten sambas dan empat kabupaten lainnya dari total 14 Kabupaten yang ada di KalBar. sangat ironis melihat kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan tersebut. nasib mereka dipertaruhkan oleh pemerintahnya sendiri karena ternyata dalam kehidupan sehari-harinya mereka harus mempertahankan diri dan jiwa nasionalisme mereka dari berbagai serangan negara luar yaitu Malaysia Timur. dalam berbagai aspek kehidupan mereka 'diserang', dari aspek ekonomi mereka harus berhadapan dg banjirnya produk-produk dr Malaysia Timur yg pd umumnya memiliki harga jual yg lebih murah dibandingkan dengan produk-produk lokal dan negerinya sendiri, lalu penggunaan mata uang asing (ringgit) yg hampir mendominasi dalam setiap aktivitas perekonomian di sana juga turut menyesakkan hati dan menggoyah akal sehat. bagaimana mungkin daerah yg masih menjadi bagian dari Republik Indonesia ini justru menampilkan kehidupan yg lain dan sangat merugikan negaranya sendiri. belum lagi derasnya aliran informasi baik media tv, radio,dsb yang ternyata juga berasal dari Malaysia Timur, semua fenomena tersebut sudah cukup menjadi tamparan bagi kita semua, bagi para pejuang yang memimpikan rakyat Indonesia yang bisa hidup makmur & adil


akhirnya, aku pun terbangun dari tidur nyenyak dan 'mimpi buruk' yang ku ceritakan itu, kini aku bersyukur karena telah terbangun dan mendapatkan 'kesadaran' kembali, bahwa ternyata negeri ini benar-benar belum 100% MERDEKA dan masih membutuhkan pengorbanan darah, jiwa & pikiran dari segenap putera-puteri yang telah dilahirkan dari dalam rahim Ibu Pertiwi. menjadi kewajiban bagi kita yang telah 'sadar' dan 'berkomitmen' untuk berbakti kepada Ibu Pertiwi dan tidak menjadi bagian dari para putera-puteri yg 'durhaka', karena ridhonya Tuhan adalah ridhonya 'Ibu Pertiwi' dan semoga Tuhan YME berkenan menurunkan pertolongannya kepada Negeri Indonesia tercinta...



Jum'at, 6 Agustus 2010 (menjelang bulan ramadhan & momentum kemerdekaan)
@ Bumi Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia


Sabtu, 31 Juli 2010

Jembatan satu



berada di penghujung bulan Juli, pikiranku masih juga tertuju pada masa depan yang absurd.

baru saja aku selesai berkumpul dg teman2ku (angling, rifki, ridwan, faiz, dimas, suryo), ba'da maghrib kita langsung meluncur menuju kawasan kota lama, tepatnya di sebuah warung STMJ. sembari menikmati hidangan susu-telur-madu-jahe plus kue-kue khas tradisional, kami pun melepas penat dan lelah setelah seharian bergumul dengan urusan masing-masing. setiap teguk minuman yang mengalir dalam rongga seolah menghapus segala kelelahan tadi...
setelah itu, kami pun berlanjut menuju kolam polder di depan stasiun tawang. kami duduk lesehan sembari makan kacang dan minum es teh dari warung angkringan sekitar. kami pun memulai perbincangan, berdiskusi mengenai berbagai hal dengan alur yg tak beraturan. mulai dari refleksi tentang masa yang telah berlalu, masa kini yang sedang dijalani hingga masa depan yang hendak dituju. kami berdiskusi tentang jalan hidup masing-masing yang sesuai dengan harapan. bercerita tentang si A, si B, si C, hingga si Z, mengomentari seluk beluk kehidupan dan 'keberhasilan' mereka semua, sedangkan aku hanya bisa terpejam membayangi jalan dan jembatan yang kelak ku lalui...

kemudian masih segar dalam ingatanku, terbayang acara wisuda fakultas di malam kemarin lusa. ku lihat banyak wajah-wajah yang seri gembira merayakan kelulusannya, bersama orangtua dan sanak keluarganya, ada juga wajah-wajah yang tersenyum menyembunyikan kegundahan di hatinya karena belum bisa ikut merayakan kelulusan di malam itu. sedangkan aku hanya merasa hening tak berhasrat, aku bukannya cemas karena belum bisa (ikut) wisuda di malam itu, mungkin aku cemas dengan kecemasanku, cemas membayangi 'jembatan' berikutnya yang hendak ku tuju. pikiranku menganga dan menengadah menantikan cahaya Ilahi menerangiku...

tak pernah bisa ku sembunyikan, kecemasan, kegalauan dan kekhawatiran masih saja mengitari akal sehatku. keyakinan dan kecintaanku pada kebenaran semakin terusik oleh kegelapan pikiran. pikiranku tertuju kesana-kemari tak menentu, terjebak dalam gulungan ombak besar di tengah samudera, menantikan angin yang dapat membimbingku dan mengantarku pada dermaga tujuan'Ku'



23.00 @ Granada, Semarang


Kamis, 22 Juli 2010

refleksi di tengah 'pendakian'





dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari, dan bulan untukmu.
dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintahNya.
sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang memahaminya
(An Nahl : 12)



malam ini aku merasa agak melankolis, sambil membayangkan rekaman kehidupan di keheningan pekat malam. tak terasa kini usiaku genap dua puluh dua tahun, dan aku menyadari 'pendakianku' yang makin sulit & lebih menantang.

saat ini aku telah memasuki fase pertengahan kehidupanku, masa-masa dimana ruh idealisme berada di puncak kesadaran. aku harus memompa lagi spirit perjuangan dan mengisi kembali bekal pengetahuan serta keberanianku. tantangan yang makin besar di depan 'pendakianku' kini harus mampu aku hadapi dengan perjuangan yang menghujam.

aku coba memaknai perjalanan hidup ini layaknya sebuah pendakian, dimana kita memiliki satu tujuan yaitu mencapai puncak 'keabadian'. proses pendakian merupakan analogi dari perjuangan hidup kita di dunia, dalam pendakian akan kita temui berbagi kondisi yang siap menghadang laju kita, mau tidak mau, suka tidak suka, kita pasti bakal menghadapinya, seperti jalan yang terjal berliku, curam, serta penuh dengan bebatuan. walaupun adakalanya kita berhadapan dengan jalan yang lurus serta landai, tapi kondisi seperti itu hanya sedikit, lebih sering medan sukar lah yang kita hadapi. kehidupan layaknya pendakian dimana setiap momen perjalanan seringkali kita bertemu dengan hiasan sepanjang jalan, seperti hembusan angin yang menyejukkan, kicauan burung yg merdu, gemercik aliran sungai, kecupan kabut tipis putih, kecantikan bunga-bunga serta keelokan lambaian hutan pinus, cemara, dsb. ya, seperti itu lah hiasan kehidupan yang pasti kita jumpai dalam proses perjalanan, yang terpenting adalah jangan sampai kita terlena pada hiasan tersebut sehingga kita lupa akan tujuan yang semula yaitu menuju puncak 'keabadian'.

lalu setelah letih berjuang habis-habisan dan jatuh bangun di sepanjang pendakian, akhirnya semua jerih payah perjuangan tersebut terbayarkan ketika tiba di puncak 'keabadian'. keabadian disini artinya yaitu kepuasan dan kebahagiaan yang 'abadi', seperti yang Tuhan janjikan bahwa kelak Dia akan menempatkan manusia pada puncak 'keabadian' yaitu Surga, dimana segala keindahan serta kepuasaan takkan pernah habis dimakan sang waktu, tapi justru giliran sang waktu lah yang dilenyapkankan oleh Tuhan di puncak keabadian tersebut. seperti itu lah kehidupan yang didambakan, mencapai puncak dengan proses pendakian yang penuh perjuangan.

kini pendakianku sudah mendekati setengah perjalanan, aku harus menghimpun energi lebih banyak lagi karena aku tak ingin gagal di tengah pendakianku mencapai puncak keabadian, aku tak ingin terperosok ke dalam jurang di tengah perjalanan, maka dari itu aku harus ekstra hati-hati menghadapi segala tantangan yang ada, yaitu tantangan kehidupan... semoga kelak kita bisa berjumpa di puncak keabadian! ;)

dan kita tak mungkin mundur ke belakang atau meminta waktu terulang, pilihannya ada di depan, berjuang mencapai puncak keabadian atau menyerah terperosok dalam jurang keabadian? maka gunakanlah kesempatan yang hanya sekali itu....
seperti yang terkandung dalam firman Tuhan di atas, bahwasanya matahari, bulan, siang dan malam merupakan representasi dari eksistensi sang waktu yang telah Dia ciptakan dan tundukkan, semata-mata untuk manusia yang menginginkan hakikat kehidupan, dengan berbekal hati dan akal yang telah di anugerahkanNya pada kita semua..


@ Granada, Semarang

Kamis, 08 Juli 2010

Catatan Inspirasi Kaum Intelektual


akhir-akhir ini aku banyak membaca, seharian aku bisa tahan duduk berlama-lama di perpustakaan kampusku. malamnya aku lanjutkan dg menonton film-film yg menurutku dapat mengisi pikiran dan jiwa ku, seperti film Gie dan film Confucius yg paling terakhir...

entah kenapa, perasaanku rasanya tidak enak, seperti hendak membuka kotak pandora, kegusaran demi kegusaran terus aku temui,padahal tadinya aku hanya sebatas coba belajar dr sejarah masa lalu, tapi ternyata saat aku coba 'merasakan' situasi saat itu entah kenapa justru aku pun merasakan hal yg serupa di kehidupan saat ini, ya kehidupan yg tak kunjung pd situasi yg ku idealkan, setidaknya dalam benakku sendiri...

rentetan berita ataupun peristiwa terus menerus memborbardir pikiranku setiap hari bahkan setiap detik (detik.com) berbagai persoalan ttg kemanusiaan terus mewarnai lembaran-lembaran koran dan media lainnya yg ku baca hampir setiap pagi (hari), serasa tak ada habisnya semua masalah itu...
jangan muluk2 melihat masalah DUNIA yg begitu rumit itu, masalah yg ada di negeri ku sendiri saja sudah sangat menyita pikiran dan akal sehat semua kaum intelekual termasuk aku.

aku terus bertanya dalam diri apakah ujung dr teka-teki ini? teka-teki ttg keresahan2 ini..
bila Budha pernah berkata bahwa 'hidup adalah penderitaan', maka aku pun agaknya cukup setuju dg pernyataan itu, walaupun aku tidak akan pernah mau hidup dalam penderitaan, setidaknya kita harus mau merubah situasi yg ada, sekacau apapun kondisi yg terlanjur terjadi ini, mungkin kita punya kesempatan / peluang untuk merubahnya menjadi lebih baik seperti yg pernah Tuhan titahkan dalam firmanNya bahwa Dia akan merubah nasib suatu kaum (manusia) jika manusia itu mau mengubah nasibnya dg usahanya sendiri.. ya itulah janji Tuhan yg patut kita yakini???

berita tentang korupsi, degradasi moral, perang atas nama agama, suku, golongan, dsb hanyalah segelintir dari sekian banyak masalah yg manusia cipta sendiri, yg pada muaranya adalah penyiksaan atau penindasan antara manusia itu sendiri. nyatanya bumi kita ini masih belum berubah dr sejak terciptanya, dari awal keturunan Adam, dimana kedua anaknya saling membunuh demi memuaskan nafsu dan egoismenya, kemudian terus berlanjut hingga jaman yg sudah telampau modern ini, ya semua manusia terus saja saling sikut dan saling membunuh demi mendapat kepuasan 'manusiawinya'

lalu apa yg mesti kita (aku) perbuat?
apakah kita harus pasrah dg kenyataan ini? pasrah dg semua penindasan, semua kejahatan yg mendominasi kehidupan di dunia ini?

aku yg (masih) sebagai seorang mahasiswa yg sering disebut-sebut sebagai salah satu bagian dari kaum intelektual, mungkin hanya bisa bergumam sambil mengerutkan dahi,

disaat seperti inilah seharusnya kaum intelektual bertindak, berbuat sesuatu, bidang seorang sarjana adalah berfikir dan mencipta yang baru, mereka harus bisa bebas di segala arus masyarakat yg kacau, tetapi mereka tidak bisa lepas dr fungsi sosialnya, yakni bertindak demi tanggungjawab sosialnya apabila keadaan telah mendesak. Kaum intelektual yg terus berdiam didalam keadaan yg mendesak telah melunturkan semua kemanusiaan. Bahwa kita mati itu bukan soal, setidaknya kita telah memenuhi panggilan seorang pemikir.
Tetapi apa yg lebih puitis selain bicara tentang kebenaran?
Kita harus terus mempublikasikan suatu seruan terhadap keberanian bicara, kita perlu konsepsi dewasa ini, segala usaha yg bisa kita lakukan harus dikerahkan, untuk bisa belajar dan memahami persoalan-persoalan dewasa ini. Masalah ketidakmengertian ini adalah masalah semua kaum intelektual termasuk aku didalamnya.
Baik dia adalah seorang intelektual yg menyebut dirinya nasionalis, agamis, sosialis bahkan komunis...
kapankah tiba masanya disaat kita semua mampu berdiri berdampingan, berjuang bersama-sama untuk melanjutkan cita-cita perjuangan para pahlawan kemerdekaan?
setidaknya dalam kapasitas apapun yg kita bisa, termasuk sebagai seorang mahasiswa, yg masih luhur menjaga IDEALISMEnya!
*HIDUP RAKYAT INDONESIA! HIDUP MAHASISWA!!!



@Granada, Semarang












Jumat, 02 Juli 2010

Idealisme Vs Ketakutan


sudah hampir 4 tahun aku berkutat dg ilmu ekonomi di bangku kuliah, selama itu pula sedikit banyak aku mempelajari tentang teori-teori ekonomi dan sedikit banyak pula aku coba merasionalisasikan teori-teori tersebut dg realita ataupun fenomena yang ada.

banyak dr teori yg muluk-muluk itu pada akhirnya hanya menjadi batu yg terus menghantam keras akal sehatku, karena banyak dr teori (idealisasi kondisi ekonomi) tersebut hanya menjadi hiasan buku-buku teks yg kami pelajari, pada kenyataannya teori seringkali berbenturan dg kenyataan.

ambil contoh yg paling dasar, pertumbuhan ekonomi suatu negara seharusnya akan diikuti dg peningkatan lapangan kerja (penurunan pengangguran) dan kesejahteraan pd akhirnya (cateris paribus), tapi apa yg terjadi?
dari data2 yg terpublikasi atau dari pandangan kasat mata kita saja, semua teori (idealisasi) itu kembali menjadi mimpi di tengah siang bolong, nyatanya ttp saja kemiskinan makin merajalela, disparitas / kesenjangan makin jauh tak terkejar, yg KAYA makin KAYA, yg MISKIN makin MISKIN
ya, itulah sedikit contoh kecil dr pikiranku yg bodoh ini yg masih belum bisa memahami (mempercayai) kenyataan

sehubungan dg hal diatas, pagi tadi kebetulan aku membaca sebuah majalah tentang perbankan saat berkunjung ke perpustakaan Bank Indonesia, Semarang

tema umum majalah yg baru saja aku baca itu adalah tentang Bankir (orang2 yg bekerja di dunia perbankan), satu persatu halaman majalah aku baca dg khusyu, aku resapi setiap cerita yg dimuat dlm majalah tersebut,.
singkat cerita, majalah tersebut menggambarkan tentang Prestisiusnya Dunia Perbankan, Vitalnya Sektor Perbankan, Pentingnya SDM di Industri Perbankan, dsb

dr satu tokoh bankir ke tokoh bankir lain, aku baca satu persatu perjalanan hidup dan karir mereka di dunia perbankan. mulai dr Robby Johan (pakar SDM perbankan, mantan Dirut Bank Niaga) hingga salah satu anak didiknya yaitu Agus Martowardojo (mantan Dirut Bank Mandiri) yg kini menjadi Menteri Keuangan RI.

aku pun menyimpulkan bahwa semua yg baru saja ku baca itu adalah salah satu contoh
Kemapanan Para Bankir, .
kenapa aku sebut kemapanan? karena profesi bankir adalah salah satu profesi yg cukup prestisius, membanggakan, dan tentunya sangat berpeluang untuk menjadi manusia2 yg kaya (secara materil)
dr posisi Direktur, Komisaris atau bahkan kepala cabang saja qt sudah bisa mengkalkulasikan berapa banyak gaji yg bisa mereka peroleh dr profesi sbg bankir itu? tentunya jumlah yg tidak sedikit...
aku tidak mempermasalahkan gaji2 yg besar itu, aku pun tidak bermaksud mengharamkan profesi bankir. walaupun secara tidak langsung bankir memang berkontribusi mendorong perekonomian, dg kucuran kredit produktif, tentu bankir berjasa dlm membangun perekonomian...
tapi entah kenapa kadang2 aku sinis melihat profesi para bankir, ditambah kenyataan bhw perbankan sekarang makin 'pelit' terhadap sektor riil (ataupun UMKM, pertanian, dll), dan gemar mencari profit dg menimbun asset di berbagai surat berharga dan kawan2 sejenisnya...

lalu apa masalahnya?
ya disinilah pikiranku kembali terusik, secara spontan pikiranku kembali terbang menuju ingatan akan rakyat yg masih banyak hidup di jalanan, ttg dunia anak jalanan, tentang mereka yg berjuang hidup demi sesuap nasi tanpa berharap banyak untuk perbaikan hidup di masa depan...

disini aku hanya mencoba membenturkan anganku akan gemerlapnya dunia para bankir dg kesengsaraan dunia rakyat jalanan (rakyat miskin yg jumlahnya masih banyak)
aku sadar bahwa aku masih punya kesempatan untuk menentukan arah masa depanku,
aku sadar bahwa aku masih punya idealisme yg harus aku perjuangkan...
tapi semua kesadaranku itu kadangkala menjadi sebuah hal yg menakutkan bila aku berpikir nantinya aku tak mampu merealisasikannya, lalu apa gunanya aku hidup di dunia ini...

aku tidak bermaksud menjadi pahlawan, tapi aku pun benci menunggu datangnya pahlawan.
aku hanya bisa berjanji pd diriku sendiri, bahwa suatu saat nanti, aku harus terus mengabdi dan melanjutkan cita-cita perjuangan para pahlawan yg dulu telah mengorbankan diri demi rakyatnya sendiri, rakyat Indonesia yg qt cintai ini, dr Sabang sampai Merauke....

@ Granada, Semarang




Jumat, 25 Juni 2010

tafsir kehidupan




tatkala detik ini ku pijak, dalam lamunan ku berserah diri
sesak pikiranku tertuju, hingga khayalku bebas berburu


kehidupan memang tak pernah habis dibicarakan oleh manusia yang hidup dalam kehidupan. aku yang terlahir sebagai seorang manusia pun tak pernah tertinggal menikmati hidup yang terlanjur Tuhan berikan. aku pun tak ingat berapa detik waktu yang telah terbuang, terbuang ku tinggalkan di kehidupan masa silam. kini pikiranku tertuju pada waktu yang masih dapat aku labuhkan di dermaga masa depan.

berbagai peristiwa telah terekam dalam benakku dan banyak pula yang tak mampu direkam. aku mencoba menggali setiap peristiwa yang terekam itu untuk kemudian aku konstruksikan menjadi bangunan jiwa dan pikiran. layaknya arsitektur, aku pun bebas mendesain jalan kehidupan yang nantinya ku jadikan sebagai monumen masa depan.

entah mengapa malam ini aku kembali terlarut dalam lamunan semu pikiranku ini,
aku terkapar tak berdaya membiarkan pikiranku kembali terbang bebas menuju hingga yang tak berhingga,
semua emosi bisa aku pikirkan sampai-sampai emosi itu seolah makin jauh menghilang.

apakah sesungguhnya aku sedang berekstase menikmati fatamorgana khayalku?
atau jangan-jangan aku telah menjadi korban atas candu kata yang ku rangkai tak bermakna ini...
ketika berpikir, aku akui bahwa aku pun seringkali kehilangan pegangan hingga aku hanya terbuai dalam gelombang kepalsuan, padahal aku pun punya kesadaran dan keinginan untuk merajut setiap pemikiran menjadi sesuatu yang bernilai dalam ruang kehidupan, dan bukannya jadi sampah ataupun kotoran yang di campakkan kehidupan

biarkan aku segera hentikan lamunan bisu yang makin membingungkan ini, aku tak ingin tersesat lebih jauh ke dalam gelap yang tak bertuan. lain waktu coba ku beri kesempatan, pada hati dan pikiran, untuk satu tujuan, yang tak satu setan pun tau, tentang tafsir kehidupan!

>ku persembahkan seuntai kata-kata dimalam hari ini untuk pikiranku yang masih saja kalut menyaksikan kehidupan di dunia yang terang, di dunia yang makin sulit dibedakan antara manusia dengan binatang<

@Granada, Semarang






Rabu, 26 Mei 2010

Kamis, 06 Mei 2010

balada si baladewa


[Cintailah Cinta]

Tuhan anugerahi sebuah cinta
Kepada manusia untuk dapat
Saling menyayangi

Bila kebencian meracunimu
Takkan ada jalan keluar
Damai hanya jadi impian

Kita takkan bisa berlari
Dari kenyataan bahwa kita manusia
Tempatnya salah dan lupa

Jika masih ada cinta di hatimu
Maka maafkanlah segala kesalahan
Cintailah cinta

Bila kamu bisa ’tuk memaafkan
Atas kesalahan manusia
Yang mungkin tak bisa dimaafkan

Tentu Tuhan pun akan memaafkan
Atas dosa yang pernah tercipta
Yang mungkin tak bisa diampuni



Tak kuasa aku menahan luapan kegembiraan di malam itu [30 April 2010]

Sebagai seorang Baladewa sejati (baca: Fans Grup Band Dewa 19) akhirnya untuk pertama kalinya sepanjang hidup aku bisa menyaksikan mereka tampil secara live di depan mata kepalaku sendiri , bahkan aku pun berkesempatan bersalaman-ria dan berfoto-ria dengan mereka di belakang panggung sesaat setelah konser itu berakhir ;)


‘Perjalanan’ itu dimulai ketika aku diundang untuk menghadiri pertemuan KRB (Komunitas Restoe Boemi) di cafe deholic (sekitar pleburan barat) oleh salah seorang temanku dari kampus IAIN Walisongo Semarang (seminggu sebelum konser Dewa 19). KRB sendiri merupakan wadah atau media berinteraksi antar para penggemar (fans) Dewa 19 (biasa disebut Baladewa) dan ternyata organisasi ini sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia


Kebetulan pada hari itu KRB Jawa Tengah mengadakan pertemuan (gathering) yang memang rutin dilakukan sebagai ajang untuk bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan informasi antar para Baladewa. Ada yang spesial pada pertemuan di sore hari itu, aku yang baru pertama kali ‘nimbrung’ di forum itu ternyata mendapat kabar bahwa Dewa 19 akan datang ke Semarang seminggu lagi! Wah, sontak aku pun terkejut mendengar berita gembira itu, sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui, beruntung sekali diriku ini, selain bisa bertemu dan berkenalan dengan teman-teman baru sesama Baladewa, aku juga mendapat kabar gembira bahwa Dewa 19, band favoritku semenjak aku duduk di bangku SMP akhirnya akan datang ke Semarang seminggu lagi. Pertemuan itu pun berlanjut pada pembahasan mengenai persiapan KRB Jateng dalam menyambut kedatangan Dewa 19, ternyata KRB merupakan organisasi resmi yang diakui eksistensinya oleh Dewa 19 sehingga setiap ada konser Dewa 19 dimanapun, seluruh anggota KRB akan mendapat perlakuan ‘khusus’ dari manajemen Dewa 19, baik itu berupa potongan harga tiket (sampai kesempatan untuk bertegur-sapa secara langsung dengan seluruh personil Dewa 19


Harga tiket reguler (duduk di atas podium belakang) yang seharusnya seharga Rp.100.000, bisa didapatkan oleh anggota KRB hanya dengan Rp.75.000. Sedangkan harga tiket Gold (VIP) sekitar Rp 300.000. Aku pun akhirnya membeli tiket reguler bersama dengan anggota KRB lainnya, selain itu sebagai anggota KRB aku pun berhak mendapatkan kaos khas Baladewa serta pin KRB yang nantinya akan dipakai seragam dengan teman-teman KRB Jateng saat konser berlangsung (setelah membayar iuran anggota tentunya)


Akhirnya saat-saat yang dinanti itu tiba juga, tepat pada hari Jum’at tanggal 30 April 2010 aku bersama teman-teman KRB Jateng dan KRB Jakarta berkumpul terlebih dahulu di sekitar tempat berlangsungnya konser Dewa 19 ini yaitu di Ballroom Hotel Horison Semarang. Sebelum masuk ke dalam ruangan, kami pun di data dahulu oleh koordinator KRB Jateng dan akhirnya kami pun masuk ke dalam ruangan bersama-sama


Bukan main senangnya ketika aku mengetahui bahwa kami para anggota KRB mendapat ‘perlakuan khusus’ untuk menonton konser Dewa 19 malam itu, ya kami mendapat tempat yang sama dengan para penonton kelas VIP J. Kami pun bisa menyaksikan penampilan Dewa 19 tepat dari depan panggung. Ada yang cukup unik dari acara yang dihadiri oleh sekitar 500 penonton pada malam itu, yaitu beragamnya ‘kelas-kelas’ penonton, mengapa aku menyebutnya ‘kelas-kelas’?, ya karena sangat terang sekali penonton dari kelas bawah, kelas menengah dan kelas atas. Aku beserta anggota KRB mungkin mewakili kelas menengah, sedangkan kelas bawah diwakili oleh para Baladewa dari para mas-mas yang sengaja datang jauh-jauh dari daerah kudus, demak,dsb dengan ‘tampilan-tampilan’ uniknya, kemudian kelas atas sangat mendominasi acara tersebut, dengan berpakaian ‘eksentrik’ para penonton kelas ini umumnya adalah pasangan esmud (eksekutif muda bukan es kelapa muda,hee) dan juga rombongan satu keluarga mulai dari anak-anak sampai opah-opah


Acara pun dimulai tepat pada pukul 20.00, diawali dengan suguhan hiburan oleh penyanyi dan band-band lokal Semarang serta turut menghibur pula Mulan Jameela (menyanyi sekitar 9 lagu) sebelum akhirnya Dewa 19 tampil juga di depan para penonton yang sudah tak sabar ingin melihat mereka, khususnya para Baladewa :)


Dewa pun tampil dengan personil yang lengkap mulai dari Once, Ahmad Dhani, Andra Ramadhan, Yuke dan Agung.

Tepat jam 11 malam mereka memulai membawakan lagu-lagu hits mereka sebanyak 10 lagu. aku pun bersama para penonton yang lain asik berjingkrakan mendengar sambil mengikuti lagu-lagu yang sedang dinyanyikan oleh Dewa, sambil sesekali mengambil gambar dengan hp untuk mengabadikan momen di malam itu :)

akhirnya tepat pada jam 00.00 konser pun usai dan aku bersama-sama anggota KRB mendapat kesempatan untuk bercengkrama dan berfoto-foto dengan personil Dewa 19 di belakang panggung, ketika itu juga aku langsung mencari Mas Andra Ramadhan (gitaris dewa 19) yang merupakan sosok yang aku kagumi di dewa 19, alhamdulillah aku bisa berfoto bersamanya dan mendapatkan tanda-tangannya juga, sungguh terharu, hehe *yg ini sih lebay ;)


kini aku pun mengerti arti sebuah 'perjuangan', terimakasih untuk Dewa 19 khususnya kepada Mas Andra Ramadhan (gitaris Dewa 19) yang selama ini turut menjadi inspirasiku atas kesederhanaan dan kesetiaan pada cinta & kehidupan ;)


@ Granada, Semarang